Semangat Tabayyun Selepas Pemilu

Ayooo Tabayyun

Dalam suasana silaturahmi Idul Fitri, Munadi Herlambang menyempatkan untuk berbagi sumbangan pikiran tentang tabayyun sebagai semangat untuk bersikap kritis dalam reaksi dan tindakan menanggapi suasana dan perkembangan politik selepas pilpres 2019 yang baru berlalu.

Munadi Herlambang sebagai pribadi ikut terpanggil untuk menyuarakan sikap tabayyun, melihat perkembangan sosial politik yang gonjang ganjing karena faktor rivalitas selama masa kampanye pemilihan umum pada pilkada, pilpres dan pemilihan legislatif, sampai dengan paska pengumuman perhitungan final Komisi Pemilihan Umum (KPU), yang dilakukan pada 21 Mei 2019.

Dalam ensiklopedia digital Wikipedia, tabayyun secara bahasa diartikan sebagai telitilah dulu. Mengutip dari situs Doha Institute, asal-usul kata ini terdiri dari 2 kosa kata yaitu “bayan”, yang artinya dalam Bahasa Indonesia bisa diartiklan sebagai “penjelasan” dan “bayyinah”, yang bisa bermakna “bukti”.

Tokoh-tokoh agama, politik, masyarakat dan pemerintah juga menyerukan agar segenap elemen bangsa untuk mengedepankan sikap tabayyun dalam sikap dan aksi, mengingat banyak spekulasi di tengah masyarakat yang menimbulkan kegaduhan karena mengikuti informasi atau berita yang tidak diketahui secara jelas kebenarannya.

Era digital menghadirkan teknologi yang memungkinkan bagi siapapun untuk membuat, menyampaikan dan menyebarkan pesan atau berita, bukan hanya yang berdasarkan fakta atau data, tetapi juga yang mengandung fitnah/kebohongan. Akibatnya persepsi publik terpengaruh, yang menjadi pemicu perpecahan sebagai umat Islam dan anak bangsa Indonesia.

Dengan membaca literasi Islami dan sumber-sumber lainnya, Munadi Herlambang mencoba untuk menarik garis merah dari tradisi tabayyun dalam perkembangannya dari zaman ke zaman.

Tabayyun itu merupakan sebuah proses dalam rangka mencari kejelasan terhadap sesuatu hal atau peristiwa dengan sikap yang hati-hati, cermat dan seksama. Pengamalan sikap tabayyun merekat pada berbagai sendi kehidupan maupun profesi.

Pada dasarnya, menelisik informasi atau berita yang sampai ke kita dari nara sumber perlu dilakukan check and recheck (verifikasi) dengan cara-cara yang bisa dipertanggungjawabkan.

Artikel lain: Nilai Nilai Pancasila Perlu Digaungkan

Unsur verifikasi ini yang hilang dalam prosesnya ketika berita atau informasi ini berseliweran di jagat digital, utamanya media sosial, aplikasi pesan instan dan media online lainnya. Informasi hoax dikemas sedemikian rupa sehingga seperti berita atau informasi aktual, yang memancing emosi dan menafikan nalar atau rasionalitas. Selain warganet yang terlalu mudah dan ingin cepat-cepat melakukan share membagikannya di berbagai kanal media sesial hingga aplikasi chatting dan group.

Sikap tabayyun ini untuk menghindarkan masyarakat dari kesalahpahaman, yang pada ujungnya akan menimbulkan lonjakan emosi yang biasanya akan menenggelamkan akal sehat atau kemampuan untuk berpikir jernih.

Kontestasi politik seperti pilpres dan pilkada serentak yang baru dilewati ini memang masih menyisakan efek psikologis yang berkait erat dengan identitas sektoral, sebagai upaya untuk menunjukkan keberpihakan pada golongan masyarakat, saat kampanye.

Melalui penghayatan dan pengamalan rukun Islam ke-3, menjalankan puasa di bulan Ramadhan dan perayaan kemenangan dengan hari raya Idul Fitri, semoga bisa menjadi momen intropeksi dan menjalin kembali kebersamaan dengan saling bermaaf-maafan tanpa sekat politik.

Bagi Munadi Herlambang, arus informasi melalui media digital yanga dapat mengalir dengan cepat dan massif, diharapakan membawa perubahan yang lebih baik. Informasi atau berita yang akan disampaikan tidak akan mengurangi atau menambah makna atau konteks yang sesungguhnya.

Comments

Popular posts from this blog

10 Makanan yang Dapat Menurunkan Kadar Kolesterol Jahat

Pabrik Esemka Diresmikan Presiden Joko Widodo

Pembangunan Harus Indonesia Sentris